Sudah sekitar empat tahun lalu tepatnya pada tahun 2016 pengembang game Niantic merilis game Pokemon Go. Sejak itu, game ini telah merevolusi aspek sosial permainan dan juga membuktikan bahwa game augmented reality (AR) memiliki tempat istimewa. Meski begitu banyak kontroversi game Pokemon Go yang tersebar ke seluruh dunia.
Saat pertama kali keluar, game ini begitu fenomenal termasuk di Indonesia. Para pemain asyik dan tertarik dengan cara bermain game yang berbeda. Mereka akan pergi ke berbagai tempat seperti taman, supermarket, mall dan lain-lain untuk mendapatkan Pokemon.
Namun, seiring perkembangan dan perubahan gaya permainan game online seperti Mobile Legend, Fortnite hingga Among Us nyatanya permainan Pokemon Go masih banyak peminatnya meski banyak menghasilkan kontroversi.
Beberapa kontroversi dari game Pokemon Go adalah:
Rawan Terjadi Kejahatan
Seperti kamu ketahui bahwa game Pokemon Go mengasyikkan karena membawa orang-orang yang memainkannya unutk menjelajah tempat tertentu. Sembari menjelajah mereka dapat menemukan pokemon yang mereka incar.
Selalu saja ada pihak-pihak yang mencari keuntungan dengan memanfaatkan game ini. Orang-orang jahat rupanya juga tak kalah sigap untuk menjerat para trainer yang gemar berburu Pokemon. Kadang tanpa sadar, mereka pergi ke tempat-tempat sepi. Hal ini sangat rawan terjadi kejahatan.
Caranya, para penjahat memanfaatkan fitur “Lure” yang memungkinkan para penjahat untuk mengundang monster-monster Pokemon ke tempat-tempat yang mereka inginkan. Sampai hari ini telah terjadi banyak korban.
Ada Isu Pemuja Setan
Sejak tahun 90an, Pokemon sudah memiliki label sebagai tayangan anak-anak yang berisi pesan-pesan setan. Hal ini mendulang banyak kritik oleh pihak gereja di berbagai negara.
Menurut mereka yang mengkritik Pokemon, tayangan anime itu mengandung berbagai benda yang mewakili satanisme. Beberapa di antaranya adalah lencana gym yang mirip jimat, adanya evolusi yang bertentangan dengan ajaran agama, sampai lagu Pokemon yang bahkan kontroversinya berisi pesan memuja setan.
Konten dari film Pokemon yang berisi pertarungan Pokemon hingga aksi Team Rocket juga mempromosikan tindak kekerasan terhadap hewan. Hal ini juga lah yang menjadi landasan PETA (People for the Ethical Treatment of Animals) untuk mengkritik habis-habisan game Pokemon.
Mengandung Karakter Nazi
Pada tahun 1999, Nintendo menghentikan produksi kartu Pokemon edisi “Koga’s Ninja Trick” karena berisi simbol manji Budha yang oleh grup HAM Yahudi yang mirip simbol hakenkreus (swastika) Nazi. Hal ini yang dianggap menyakitkan hati kaum Yahudi.
Selain itu, ada episode anime Pokemon yang dituduh menggambarkan pasukan Nazi. Di episode “All Things Bright and Beautifly” di Pokemon Diamond&Pearl, pasukan Team Roket terlihat mengangkat tangan kanan mereka ke atas seperti hormat ala Nazi. Sontak saja, episode ini menerima kritikan tajam saat mengudara di Eropa.
Membuat Kecanduan
Game ini memang membuat para trainer kecanduan. Hal ini tampak dari kerumunan yang ada di mal atau tempat umum lainnya untuk berburu pokemon. Biasanya setiap sore menjelang malam, puluhan bahkan ratusan trainer berkumpul di warung kopi dan sekitarnya. Mereka berburu Pokemon sampai malam dan seolah lupa waktu. Mereka sanggup berlama-lama berburu monster-monster untuk menaikkan levelnya.
Akibat terlalu fokus main Pokemon, para trainer mengalami peristiwa buruk. Misanya dua remaja di Amerika terjatuh dari jurang karena terlalu fokus pada layar ponselnya. Peristiwa lainnya, dua remaja tertembak karena memasuki wilayah tanpa ijin, seorang gadis belia kecelakaan mobil yang melaju kencang dan lainnya.
Itulah beberapa kontroversi game Pokemon Go yang banyak dilarang di berbagai negara dunia.